BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari
agregat, mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu dan lain
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas
yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.
Suatu bentuk (phase) adalah suatu
bagian dari sisi tanah secara fisik dan kimiawi berbeda dengan bagian-bagian
yang lain. Tanah merupakan bagian yang mempunyai fase seperti :
- Padat ( biasanya butir–butiran mineral ).
- Cair ( biasanya air ).
- Gas ( biasanya udara ).
Tanah berguna untuk bahan bangunan pada berbagai macam
pekerjaan dalam lingkup teknik sipil. Berdasarkan kegunaan tersebut maka kita
harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat dasar dari tanah tersebut sebelum
kita menggunakan tanah tersebut sesuai dengan fungsinya, seperti asal usulnya,
penyebaran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan, kekuatan
geser, dan lain-lain. Dengan adanya percobaan-percobaan, kita dapat menentukan
parameter-parameter yang akan berpengaruh terhadap tanah, baik terhadap sifat
fisik maupun sifat mekanisnya.
Untuk semua itu maka kita harus melakukan suatu
pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat dasar dari tanah
tersebut dan pengujian ini digunakan sebagai dasar acuan untuk perencanaan
design dan pengujian ini juga berfungsi untuk mengetahui kondisi dan
karakteristik struktur tanah yang akan digunakan sebagai tempat bertumpunya
suatu pondasi bangunan.
1.2 Tujuan
Pengujian
Dalam
pengujian tanah I ini, kita melakukan pengujian untuk menentukan kadar air, berat
jenis, berat isi dan pemadatan. Setelah adanya pengujian tanah ini, maka kita
dapat mengetahui air yang terdapat dalam tanah serta bagaimana cara melakukan pemadatan
dan cara melakukan pemakaian peralatan dengan baik.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka yang akan
diteliti ialah bagaimana cara menentukan kadar air, berat jenis, berat isi dan pemadatan dan juga cara mengetahui cara pengujian hydrometer dan analisis
saringan, kemudian mencari tahu kesalahan-kesalahan apa saja yang terjadi pada
waktu pengujian berlangsung.
1.4 Kegunaan Pengujian
Kegunaan pengujian ini sangatlah banyak, baik untuk para
mahasiswa yang melakukan pengujian maupun masyarakat. Diantaranya bagi para
mahasiswa yang melakukan pengujian tanah yaitu memperoleh ilmu pengatahuan dan
dapat menerapkannya dilapangan. Sedangkan bagi masyarakat yaitu dapat mengetahui
cara pelaksanaan pengujian tanah dan juga mengetahui masalah apa saja apabila
tanah itu tidak dipadatkan.
BAB II
PENGAMBILAN SAMPEL
2.1 Keadaan
Lokasi Pengambilan Sampel
Tanah yang
digunakan dalam praktikum ini kami ambil di daerah Buket Rata tepatnya di
belakang Sekret Widelwis Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Keadaan lokasi
pengambilan sampel sangat mendukung karena lokasi tersebut selain dekat dengan laboratorium,
juga merupakan bukan tanah timbunan. Keadaan permukaan tanah di tumbuhi oleh
rumput-rumput, sehingga tidak ada kemungkinan terjadinya perbedaan kadar air
yang terlalu besar.
2.2 Keadaan Cuaca
Keadaan cuaca
sangat berpengaruh dalam pengambilan sampel yang akan diuji, sebaiknya pada
saat pengambilan sampel yang akan diuji harus dalam keadaan cuaca cerah.
2.3 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel
tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul dan sekop. Contoh tanah yang akan di
ambi sampell untuk tanah yang terganggu seberat 40 kg dan tanah yang akan di
ambil sampel untuk tanah tidak terganggu dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm,
tanah tersebut dimasukkan ke dalam karung yang didalamnya di lapisi dengan
plastik agar kadar airnya tidak terjadi penguapan.
Sebelum dilaksanakan pengujian, sampel
terlebih dahulu dikeringkan kecuali untuk sampel yang tidak terganggu.
Pengeringan sampel dilakukan dengan cara dijemur dibawah panas matahari atau di
masukkan kedalam open pemanas. Setelah kering, sampel di tumbuk dengan palu
karet agar tanah yang bergulir bisa pecah dan bisa lolos penyaringan.
2.4 Pengangkutan Sampel
Setelah selesai penggalian tanah untuk benda uji sempel tidak terganggu
dimasukkan dalam plastik sedangkan untuk benda uji sempel terganggu dimasukkan
kedalam karung, selanjutnya benda uji di angkut dengan menggunakan kereta
sorong, dan harus terjaga dari pengaruh cuaca dan getaran kereta sorong pada
saat pengangkutan kelaboratorium.
BAB III
PENGUJIAN KADAR AIR (WATER
CONTENT)
3.1 Dasar Teori
Kadar air tanah
adalah penentuan angka perbandingan antara berat air dan berat tanah kering
yang terkandung yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya suatu
kadar air pada suatu tanah, perlu dilakukan pengujian pada laboratorium untuk
memperoleh kadar air dari tanah.
3.2 Tujuan Pengujian
1.
Mahasiswa dapat mengetahui
besarnya nilai kadar air asli yang terkandung dalam suatu jenis tanah
2.
Mahasiswa dapat melaksanakan
cara pengujian kadar air dilaboratorium
3.
Mahasiswa dapat menghitung
kadar air yang terkandung dalam lapisan tanah
4.
Mahasiswa dapat menerapkan
kedalam perhitungan
3.3
Peralatan dan Bahan
3.3.1 Peralatan yang digunakan :
1.
Container
2.
Timbangan dengan kepekaan 0,01
gram
3.
Oven dengan suhu 110
C
4.
Desikator
3.3.2 Bahan yang digunakan :
Bahan yang digunakan adalah tanah
yang belum terganggu.
3.4 Keselamatan Kerja
1.
Pusatkan perhatian pada
pekerjaan
2.
Ikutilah petunjuk instruktur
3.
Pergunakan alat sesuai dengan
fungsinya
4.
Gunakan perlengkapan
keselamatan kerja
5.
Untuk ketelitian harus harus
dilakukan 3 contoh percobaan.
3.5 Langkah Kerja
1. Catat container kosong (W1)
2. Masukkan contoh tanah kedalam container
kemudian ditimbang (W2)
3. Masukkan container yang berisikan tanah tadi
kedalam oven.
4. Setelah 24 jam keluarkan dan masukkan
kedalam desikator ± 1 jam, kemudian timbang beratnya (W3)
5. Selanjutnya hitung kadar airnya.
3.6 Data dan Perhitungan
Kadar
air W =
Keterangan : W = Kadar air ( % )
W1 = Berat
container kosong (gram)
W2 = Berat
container + tanah basah (gram)
W3
= Berat container + tanah kering (gram)
BAB IV
PENGUJIAN BERAT ISI (UNIT
WEIGHT)
4.1 Tujuan Percobaan
1.
Mahasiswa memahami pengertian
berat isi tanah.
2.
Mahasiswa dapat melaksanakan
pengujian berat isi.
3.
Mahasiswa mampu menentukan
nilai berat isi suatu tanah asli.
4.
Mahasiswa mampu membandingkan
antara berat tanah seluruhnya dan isi tanah seluruhnya.
5.
Mahasiswa dapat menerapkan
kedalam perhitungan.
4.2 Dasar Teori
Berat isi adalah angka perbandingan antara
berat tanah seluruhnya dengan isi tanah seluruhnya. Besaran tersebut dinyatakan
dalam satuan gram/cm
. Pengujian isi tanah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya
berat isi yang dimiliki tanah dalam keadaan padat. Berat isi dari suatu tanah
juga mempengaruhi fungsi sebagai dasar atau landasan bawah dari suatu
konstruksi.
4.3 Peralatan dan Bahan
4.3.1 Alat yang digunakan :
1.
Slinder ring / cincin
2.
Jangka sorong
3.
Pisau pemotong tanah
4.
Timbangan dengan ketelitian
0,01 gram
5.
Spatula
4.3.2 Bahan yang digunakan :
Bahan yang digunakan
adalah tanah asli / tanah tidak terganggu dari sampel yang telah diambil.
4.4 Langkah Kerja
1.
Ukur tinggi dari cincin (t) dan
diameter cincin (d).
2.
Timbang berat cincin (W1)
3.
Cincin diolesi dengan minyak
pada bagian dalamnya dan masukkan tanah kedalam cincin.
4.
Ratakanlah permukaannya dengan
pisau atau spatula.
5.
Timbang cincin beserta contoh
tanah (W2)
4.6 Data dan Perhitungan
γ =
Keterangan :
W1 : Berat cincin
W2 : Berat cicin + tanah
V :
Volume cincin (V = ¼
D2 . t)
D :
Diameter cincin
t :
Tinggi cincin
BAB V
PENGUJIAN BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
5.1 Dasar Teori
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir
tanah dengan volume tanah padat atau berat air yang dengan isi sama dengan isi
tanah padat tersebut pada suhu tertentu.
Dalam perhitungan analisa Mekanika Tanah, berat jenis
tanah (Spesifik Grafity) dari butiran tanah padat sangat dibutuhkan. Harga
berat jenis tanah yang diperlukan dapat kita periksa atau diuji dilaboratorium,
sehingga kita dapat menentukan harga - harga Gs secara akurat.
Berat spesifik suatu tanah perlu diketahui karena di
dalam tanah sendiri banyak mengandung berat spesifik mineral-mineral penting
untuk diketahui berapa kadarnya. Mineralmineral tersebut adalah Montmorilonit, Ilit, Kaolinite, Kwarsa, Limonite,
Olivena, Clorit dan lain - lain. Dari semua yaitu keberadaannya akan mempengaruhi dalam penentuan
suatu berat spesifik tanah itu sendiri yang nanti berhubungan dengan penggunaan
tanah tersebut.
Dari suatu percobaan tertentu, harga-harga berat jenis
beberapa mineral yang umum terdapat pada tanah. Sebagian besar dari
mineral-mineral tersebut mempuyai berat spesifik berkisar antara 2,6 – 2,9.
Berat jenis dari tanah menandakan bahwa berat tanah
tersebut dibandingkan dengan volumenya. Harga-harga berat jenis akan
berpengaruh ke beberapa hal seperti : kekuatan tanah dan berat sendiri tanah.
Oleh karena itu, perhitungan berat jenis dari suatu tanah sangat perlu
dilakukan.
1.2
Tujuan Pengujian
1.
Mahasiswa dapat mengetahui
perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air pada suhu tertentu.
2.
Mahasiswa dapat melakukan
pengujian berat jenis tanah dengan baik dan benar.
3.
Mahasiswa mengetahui cara
menghitung nilai berat jenis suatu tanah.
4.
Mahasiswa dapat menentukan
berat jenis tanah.
5.
Mahasiswa dapat menerapkan ke
dalam perhitungan.
5.3
Peralatan dan Bahan
5.3.1 Peralatan yang digunakan :
1. Container
2. Picnometer
3. Oven
4. Termometer
5. Timbangan dengan ketelitiaan 0,01 gram
6. Saringan No. 4
7. Air suling dan Aquades
8. Kain lap / tissue
5.3.2 Bahan yang digunakan :
Bahan yang digunakan adalah tanah yang lolos ayakan No. 4, serta kering
oven pada suhu 105 oC – 100 oC.
5.4 Keselamatan Kerja
1.
Ikutilah petunjuk instruktur
2.
Pusatkan perhatian pada
pekerjaan
3.
Pergunakan alat sesuai dengan
fungsinya
4.
Hindari pengisian air terlalu
penuh pada waktu mendidihkan, agar tanah tidak tumpah.
5.
Gunakan piknometer yang telah
dikalibrasi.
5.5
Langkah Kerja
1.
Contoh tanah dioven selama 24
jam, kemudian dihaluskan (ditumbuk) dan disaring dengan ayakan no. 4.
2.
Timbang piknometer yang akan
digunakan (W1)
3.
Contoh tanah dimasukkan dalam
piknometer (W2)
4.
Masukkan aquades secukupnya
(1/3 tinggi piknometer) kemudian masukkan dalam desikator vacum dan hidupkan,
perhatikan sampai semua udara yang ada dalam piknometer keluar. Penghampaan
udara ini harus dialakukan dengan cara seksama, bila perlu piknometer
digoyang-goyangkan sambil divacum, hingga didalam contoh tanah benar-benar
tidak ada lagi udara yang terperangkap. Setelah itu diamkan hingga contoh tanah
mengendap.
5.
Tambahkan aquades dengan
hati-hati sampai penuh, dengan catatan contoh tanah tidak terganggu. Ukur
temperatur suhunya.
6.
Bagian luar dari piknometer
dikeringkan dan ditimbang (W3)
7.
Piknometer dikosongkan dan
dicuci sampai bersih, kemudian isi aquades sampai penuh
8.
Ukur temperatur suhunya,
kemudian timbang beratnya (W4)
5.6 Data dan Perhitungan
Specific
Grafity (GS) =
Keterangan :
GS = Berat
jenis
W
= Berat pignometer
W
= Berat pignometer + tanah
W
= Berat pignometer + tanah + air
W
= Berat pignometer + air
K
= Suhu (°C)
BAB
VI
PENGUJIAN
BATAS CAIR (LIQUIT LIMIT) DAN
BATAS
PLASTIS (PLASTIS LIMIT)
6.1 Pengujian Batas Cair
(Liquit Limit)
6.1.1 Dasar Teori
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah
pada keadaan batas cair. Batas cair adalah kadar air minimum yaitu sifat tanah
berubah dari kadar air menjadi keadaan plastis. Pengujian ini dilakukan
terhadap tanah yang berbutir halus atau lebih kecil. Saringan yang digunakan
adalah saringan (ayakan) No. 40.
6.1.2 Tujuan Pengujian
1.
Mahasiswa mampu menentukan
kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair (Liquit Limit).
2.
Mahasiswa mampu mengetahui
nilai batas cair yang telah di uji.
3.
Mahasiswa mengetahui cara
menghitung nilai batas cair suatu tanah.
4.
Mahasiswa dapat menerapkan ke
dalam perhitungan.
6.1.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan
yang digunakan :
1.
Alat batas cair (Cassagrande) 6. Spatula
2.
Pembuat alur (Groving tools) 7. Pipet
3.
Timbangan ketelitian 0,01 gram 8. Air suling
4.
Oven 9. Alas kaca
5.
Container
Bahan
yang digunakan :
1.
Untuk tanah yang lebih halus
dan lolos ayakan No. 40 sampel tidak
perlu dikeringkan dan disaring lagi dengan saringan No. 40.
2.
Untuk tanah yang lebih besar,
harus dikeringkan.
6.1.4
Keselamatan Kerja
1.
Container sebelum diisi sample
harus selalu bersih.
2.
Pembuat alur (groving tools)
harus selalu bersih dan kering.
3.
Ketika membuat alur harus tegak
lurus dasar mangkok.
4.
Hentikan ketukan apabila tanah
sudah merapat 11 mm.
6.1.5
Langkah Kerja
1.
Letakkan 200 gram benda uji di
atas plat kaca, tambahkan air sedikit, lalu aduk dengan spatula sampai merata
atau homogen.
2.
Aturlah tinggi jatuh cawan 10
mm dengan memutas sekrup yang tercatat dibelakang alat liquit limit
(cassagrande).
3.
Ambil sebagian dan masukkan
kedalam mangkok alat batas cair serta ratakan hingga sejajar dengan dasar alat liquit
limit.
4.
Tekan groring tool pada tanah
yang telah diuji sepanjang diameternya dan grosing tool harus berkedudukan
tegak lurus pada permukaan cawan cassagrande, sedangkan ujung grosing tersebut
harus tidak lebih dari 3 mm tebalnya.
5.
Putar handlenya 2 kali putaran
perdetik sehingga kedua belahan contoh tanah yang diuji akan bersatu sepanjang
13 mm.
6.
Catat perhitungan sebagai
number of blows (jumlah ketukan).
7.
Bila jumlah ketukan > 50
atau > 10 ketukan tanah, dapat dikeringkan dengan mengaduk kembali contoh
tanah yang diuji supaya air menguap atau dengan menambah campuran bahan uji,
dapat pula dibasahi dengan campuran air suling tergantung pada kondisinya.
8.
Ambil sebagian tanah pada bagian
yang menyatu, masukkan kedalam container untuk dikeringkan (oven) dan carilah
kadar airnya.
9.
Aduklah kembali sisa tanah atau
ulangi prosedur diatas sehingga sekurang-kurangnya didapatkan 4 hasil kadar air
yang berbeda dengan jumlah ketukan 10 – 50.
6.1.6 Data dan Pehitungan
Batas
Cair
=
Keterangan
:
W1 = Container
W2 = Container
+ tanah basah
W3 = Container
+ tanah kering
6.2 Pengujian Batas
Plastis (Plastis Limit)
6.2.1 Dasar Teori
Batas plastis adalah suatu nilai
yang menunjukkan keadaan tanah mudah dibentuk. Dalam pengujian tanah, tanah
yang digeleng-geleng lebih kurang diameter 3 mm menunjukkan retak-retak
diartikan sebagai tanah dalam kondisi plastis, dan tanah tidak retak-retak
menunjukkan terlalu banyak air, sebaliknya tanah lebih besar dari 3 mm sudah
retak-retak menunjukkan tanah terlalu kering. Indek plastis (IP) menunjukkan
sejumlah kadar air pada saat tanah dalam kondisi plastis, dimana harga ini
adalah selisih antara batas cair dengan batas plastis.
6.2.2
Tujuan Pengujian
1.
Mahasiswa dapat melakukan
pengujian batas plastis dengan baik dan benar.
2.
Mahasiswa dapat menghitung besaran
batas plastis suatu tanah.
3.
Mahasiswa dapat menerapkan ke
dalam perhitungan.
6.2.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan :
1.
Pelat kaca
2.
Spatula
3.
Timbangan dengan ketelitian
0.01 gram
4.
Oven
5.
Container
6.
Pipet
7.
Air suling
Bahan yang digunakan :
Bahan yang digunakan
adalah sampel tanah seperti dipersiapkan untuk pengujian batas cair sebanyak
200 gram.
6.2.4 Keselamatan Kerja
1.
Pergunakan alat sesuai dengan
fungsinya
2.
Pusatkan perhatian pada
pekerjaan
3.
Ikutilah petunjuk instruktur
4.
Sebelum di lakukan pengeringan
tanah dalam oven, untuk mencari kadar airnya tanah dimasukkan dalam container kadar air dan
kemudian timbang berat awalnya terlebih dahulu.
5.
Lakukan pengujian 2 – 3 sampel.
6.2.5 Langkah Kerja
1.
Contoh tanah lolos ayakan no.
40 (sebagian dari penelitian batas cair) sebanyak ± 20 gram, diletakkan diatas
pelat kaca dan diaduk sempai merata kadar airnya.
2.
Buatlah bola kelereng seberat
kurang lebih 8 gram atau diameter 1 cm.
3.
Geleng diatas pelat kaca dengan
tangan. Penggelengan dengan telapak tangan dengan kecepatan 80 – 90 gelengan
permenit.
4.
Penggelengan dilakukan terus
sampai benda uji membentuk batang lidi dengan diameter 3 mm.
Bila pada waktu penggelengan ternyata sebelum benda uji mencapai
diameter 3 mm sudah retak. Maka benda uji disatukan kembali, ditambahkan air
sedikit dan diaduk sampai merata.
5.
Sampel yang tepat bila pada
diameter 3 mm telah menjukkan keadan retak-retak rambut.
6.
Ambil beberapa sampel yang
tepat tadi dan masukkan dalam container dan tentukan kadar airnya.
6.2.6 Data dan Perhitungan
Batas Plastis =
Keterangan
: W1 = Container
W2 = Container
+ tanah basah
W3 = Container
+ tanah kering
BAB
VII
ANALISA
SARINGAN (SIEVE ANALYSIS) DAN
HYDROMETER
7.1 Analisa Saringan (Sieve Analysis)
7.1.1 Dasar Teori
Analisa saringan adalah mengayak dan
menggetarkan contoh sampel melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan
tersebut makin kecil secara berurutan. Pengujian ini di maksud untuk menentukan
pembagian ukuran butir suatu tanah untuk mencari persen (%) kelolosan dan
finess modulus dari tanah.
7.1.2 Tujuan Pengujian
1.
Mahasiswa mampu melakukan
pengujian analisa saringan dengan benar.
2.
Mahasiswa mampu menentukan
pembagian ukuran butir tanah.
3.
Mahasiswa mampu mengetahui
ukuran ayakan dari ukuran kecil sampai ukuran besar.
7.1.3 Peralatan dan
Bahan
Peralatan
yang digunakan :
1.
Ayakan ukuran (No. 4, No. 8,
No. 30, No. 50, No. 100, No. 200) Pan
2.
Timbangan dengan ketelitian 0,1
gram
3.
Mesin penggetar
4.
Oven
5.
Desikator
6.
Container
7.
Sendok tanah
8.
Kaca pengaduk
Bahan yang digunakan :
Bahan yang digunakan adalah sampel tanah.
7.1.4
Keselamatan Kerja
1.
Ikutilah petunjuk instruktur
2.
Pusatkan perhatian pada
pekerjaan
3.
Pergunakan alat sesuai dengan
fungsinya
4.
Hati-hati dalam menyemprotkan
air jangan terlalu banyak agar tanah tidak tumpah.
5.
Pada waktu sampel diletakkan
pada mesin penggetar, tutup ayakan agar sampel yang diuji tidak keluar dari
ayakan.
7.1.5
Langkah Kerja
1.
Sampel tanah terlebih dahulu
dioven sampai kering.
2.
Lalu timbang sebanyak 500 gram.
3.
Timbang saringan yang akan
digunakan .
4.
Susun saringan dari diameter
kecil dibawah diameter besar diatas.
5.
Masukkan sampel tanah kedalam
saringan lalu tutup saringan.
6.
Letakkan saringan pada mesin
getar lalu getarkan selama 15 menit.
7.
Timbang saringan dengan sampel
tanah yang tertahan pada saringan untuk mengetahui berat butiran tanah yang
tertahan pada masing-masing saringan.
7.1.6 Data dan
Perhitungan
Persen
tertahan =
Persen lolos = 100 %
- Persentase tanah kumulatif tertahan
7.2 Analisa
Hydrometer
7.2.1 Dasar Teori
Pengujian
ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian ukuran butir tanah yang melalui
ayakan no. 200.
7.2.2 Tujuan
Pengujian
1.
Mahasiswa mampu melakukan
pengujian analisis hidrometer dengan benar dan menentukan pembagian ukuran
butir tanah.
2.
Mahasiswa dapat menentukan
kurva distribusi butiran tanah dengan cara Analisa Hydrometer.
7.2.3 Peralatan dan
Bahan
Peralatan
yang digunakan :
1.
Gelas ukur 6. Termometer
2.
Timbangan dengan ketelitian 0,1
gram 7. Palu karet
3.
Oven 8. Stopwatch
4.
Container 9. Hidrometer
5.
Bak perendam dengan pengatur
suhu
Bahan yang digunakan :
1.
Sampel tanah yang diambil
adalah tanah yang lolos saringan no. 200 pada pengujian analisa Saringan
2.
Natrium heksametafosfat
7.2.4 Keselamatan Kerja
1. Pada saat mengocok suspense
tangan harus menutup lubang gelas ukur dengan rapat, supaya suspense tidak
tumpah keluar.
2. Gunakan alat sesuai dengan
fungsinya
3. Perbandingan campuran larutan
adalah 40 gram Natrium heksametafosfat dengan 1000 ml air suling.
4. Hidrometer dan gelas ukur harus
dikalibrasi terlebih dahulu..
5. Gunakan alat dengan hati-hati,
karena alat pengujian terbuat dari kaca dan mudah pecah.
7.2.5
Langkah Kerja
1.
Sampel tanah terlebih dahulu
dioven sampai kering.
2.
Sampel tanah kering ditimbang
sebanyak 100 gram, masukkan kedalam gelas lalu diberi air suling dan dispension
agent sebanyak 10 gram dan aduk sampai
merata, kemudian diamkan selama 24 jam.
3.
Siapkan dua buah gelas ukur
yang sudah dikalibrasi. Gelas ukur pertama diisi dengan air suling sampai 1000
cc dan masukkan hydrometer kedalamnya, dan gelas ukur kedua disiapkan untuk
tempat suspensi.
4.
Sampel tanah yang telah
didiamkan selama 24 jam dimasukkan kedalam mangkung dispersi kemudian dimixer ± 15 menit.
5.
Setelah dimixer, suspensi
langsung dimasukkan kedalam gelas ukur,
kemudian tambahkan air suling hingga suspensi menjadi 1000 cc.
6.
Siapkan stop watch dan alat catat.
7.
Tutup mulut gelas ukur dengan
telapak tangan yang rapat dan kocok
suspensi tersebut dengan membolak-balik gelas ukur selama 1 menit, hingga
contoh tanah tidak ada yang mengendap didasar gelas.
8.
Letakkan gelas ukur, segera
setelah di kocok dan segera masukkan Hydrometer kedalam suspensi dan langsung
dibaca pada waktu : ¼, ½, 1 dan 2 menit tanpa memindahkan hydrometer, serta
diukur temperarturnya.
9.
Pindahkan hydrometer kelas ukur
I, kemudian ulang langkah 8 sampai diperoleh dua pembacaan yang sama atau
hampir sama.
10. Setelah itu pindahkan hydrometer kedalam gelas ukur II.
11. Lakukan pembacaan selanjutnya pada interval waktu : 5, 15, 30, 60,
240 dan 1440 menit.untuk pembacaan ini, hydrometer dimasukkan kedalam suspensi (gelas ukur II), hanya pada waktu
pembacaan. Untuk memberi kesempatan hydrometer diam, masukkan setegah menit
sebelum pembacaan dilakukan dan setiap kali pembacaan ukur temperaturnya.
12. Setelah pembacaan terakhir, pindahkan suspensi kedalam pan yang
telah diketahui beratnya dan timbang tanah hasil suspensi dengan pan.
13. Suspensi dioven sampai kering, kemudian dinginkan dan timbang hingga
diketahui berat tanah kering (Ws).
7.2.6 Data dan Perhitungan
1.
Ditentukan
2.
Diukur
3.
Rh dibaca pada hydrometer
4.
L = - 0,1617 x Rh + 16,969
5.
Diameter (D) = K (L/t) ^ 0,5
6.
k, ditentukan
7.
rc = Rh + k
8.
a = (Gs x 1,65) / ((Gs – 1)
2,65)
9.
N = Rc (a / Ws)
10.
N’ = Persen lolos # 200 x N
BAB VIII
PENGUJIAN PEMADATAN STANDART
( COMPACTION TEST)
8.1 Dasar Teori
Pemadatan adalah suatu
proses merapatkan partikel-partikel tanah dengan cara mengurangi pori-pori
udaranya, biasanya dilakukan dengan mengunakan alat-alat mekanis seperti
rolling dan vibrasi.
Untuk menentukan jenis
pemadatan yang cocok perlu diketahui keadaan asli dari kepadatan tanah,
pemadatan maksimum yang mungkin dilakukan dan propersi pemadatan maksimum yang
diperoleh di lapangan. Pemadatan tanah secara kuantitatif diukur berdasarkan
massa tanah kering yang berubah-ubah berdasarkan kadar airnya.
8.2
Tujuan Pengujian
1.
Mahasiswa mampu menentukan
hubungan kadar air dengan kepadatan tanah, sehingga diketahui kepadatan
maksimum.
2.
Mahasiswa dapat menentukan
kadar air optimum.
3.
Mahasiswa dapat memperbaiki
sifat-sifat teknik suatu massa tanah.
8.3
Peralatan dan Bahan
8.3.1 Peralatan yang digunakan :
1.
Alat pemadat tanah (proctor) 11. Timbangan kapasitas 20 kg
2.
Pemukul proctor 12. Ayakan no. 4
3.
Container 13. Kantong plastik
4.
Oven 14. Sendok density
5.
Desikator 15. Talam besar
6.
Palu karet 16. Aquades
7.
Jangka sorong 17. Alat Pengaduk
8.
Dongkrak 18. Glas ukur
9.
Pisau pemotong 19. Kuas
10. Minyak (oli) 20. Skraper
8.3.2
Bahan yang digunakan :
1.
Tanah yang gembur lolos
saringan No.4
2.
Jumlah tanah yang harus
disiapkan sebanyak 2,5 kg dan dibagi menjadi 5 bagian.
3.
Air suling.
8.4
Keselamatan Kerja
1.
Pusatkan perhatian pada
pekerjaan
2.
Ikutilah petunjuk instruktur
3.
Kontrol setiap pemadatan
lapisan tanah.
4.
Untuk menguji kadar air
usahakan sampel tanah tidak mengandung minyak dari cetakan.
8.5
Langkah Keja
1.
Keringkan contoh tanah sehingga
menjadi gembur kemudian ditumbuk dengan palu karet. Tanah yang gembur di saring
dengan saringan No.4 jumlah tanah sebanyak 2,5 kg dan dibagi menjadi dua
bagian.
2.
Tiap-tiap bagian dicampur
dengan air yang ditentukan dan diaduk sampai rata.
3.
Penambahan air diatur sehingga
didapat benda uji sebagai berukut : 3 contoh dengan kadar air kurang lebih
dibawah W optimum sedangkan 2 lagi diatas W optimum.
4.
Perbedaan kadar air
masing-masing 1-3 %, masing-masing benda uji di masukkan kedalam kantong
plastik selama 15 jam, timbang cetakan dan alasnya ketelitian 15 gram.
5.
Cetakan leher keeping dijadikan
satu tempat alas yang kokoh. Ambil dari salah satu contoh adukan dan padatkan
dengan cara padatan dilakukan dengan alat tumbuk standar 2,5 kg dengan jarak
tinggi jatuh 30 cm.
6.
Tanah dipadatkan dalam 3
lapisan dan tiap lapuisan dengan 25 kali tumbukan.
7.
Potong kelebihan tanah dari
bagian keliling leher dengan pisau dan dilepaskan leher sambung, pergunakan
alat perata untuk meratakan kelebihan tanah dengan permukaan.
8.
Timbang cetakan dengan berisi
benda uji, keluarkan benda uji tersebut dengan menggunakan dongkrak dan ambil
sebagian kecil sampel untuk pemeriksaan kadar air.
9.
Lakukan percobaan diatas
terhadap 3 sampel lainnya.
8.6 Data dan Perhitungan
1.
Untuk menghitung kepadatan
tanah basah :
Keterangan :
W
= Berat mold
W
= Berat mold + tanah
V =
Volume cetakan
2.
Untuk membuat garis zav dapat
dilukis dengan persamaan :
Keterangan
:
G
= Berat
jenis tanah
W = Kadar air
3.
Untuk menghitung kepadatan
tanah kering, dapat digunakan rumus :
Keterangan :
W = Kadar
air
BAB IX
PENGUJIAN CBR (CALIFORNIA
BEARING RATIO )
9.1 Dasar Teori
CBR adalah
perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standard dengan
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Pengujian CBR dimaksudkan untuk
mendapatkan nilai daya dukung tanah dalam keadaan padat maksimum.
9.2 Tujuan Pengujian
1.
Mahasiswa dapat melakukan
pengujian CBR dengan benar.
2.
Menentukan nilai CBR
laboratorium.
3.
Menentukan nilai pengembangan.
9.3 Peralatan dan Bahan
9.3.1 Alat yang digunakan :
1.
Mold CBR 11. Kantong plastik
2.
Penumbuk 12.
Sendok density
3.
Stopwatch 13. Glas ukur
4.
Dongkrak 14.
Palu karet
5.
Oven 15.
Kuas
6.
Jangka sorong 16. Piring pemisah
7.
Container 17. Alat pengaduk
8.
Pisau pemotong 18. Timbangan dengan kapasitas 20 kg
9.
Desikator 19. Talam besar
10. Minyak (oli) 20. Mesin penetrasi
9.3.2 Bahan yang
digunakan :
Sampel
tanah dan Air aquades
9.4 Keselamatan Kerja
1.
Ikutilah petunjuk instruktur
2.
Pusatkan perhatian pada
pekerjaan
3.
Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4.
Jaga kadar airnya mendekati ±
3% kadar air optimum ketika akan mengadakan penumbukan.
5.
Dikerjakan dengan hati-hati
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
9.5 Langkah Kerja
1.
Siapkan tanah seperti persiapan
pengujian tanah sebanyak 3 sampel.
2.
Pasang mould pada alasnya dan
lehernya, timbang beratnya serta masukkan piring pemisah dengan kertas pemisah
diatasnya.
3.
Lakukan pemadatan sebanyak 5
lapisan dengan jumlah tumbukan 15x / lapis.
4.
Lepaskan leher penyambung dan
ratakan dengan pisau pemotong.
5.
Keluarkan piring pemisah.
6.
Balikkan mouldnya serta pasang
kembali, kemudian timbang beratnya.
7.
Letakkan keping beban di atas
permukaan benda uji minimal 4,5 kg.
8.
Lakukan penetrasi dengan
kecepatan penetrasi 1,27 mm / menit ( 0.05").
9.
Catat pembacaan dial pembebanan
pada penetrasi.
10.
Catat beban maksimum dan
penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum penetrasi 12.5 mm (
0.05" ).
11.
Keluarkan benda uji dengan
menggunakan dongkrak, dan tentukan kadar airnya.
9.6 Data dan Perhitungan
Untuk menentukan
nilai CBR, ada beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Menurut buku penetapan tebal
perkerasan, Bina Marga O / PD untuk berat isi kering di hitung dengan kadar air
pada waktu perencanaan.
2.
Harga CBR diperoleh dengan
mencari terlebih dahulu beban masing-masing penurunan itu, pembacaan arloji
dikalikan dengan angka penetrasi. Maka harga CBR dapat di hitung.
BAB X
PENUTUP
10.1 Simpulan
Dari praktek pengujian
tanah I yang telah kami lakukan, penulis dapat menarik beberapa simpulan :
1.
Lembaran kerja (job sheet)
harus dipelajari dengan baik sebelum memulai pekerjaan.
2.
Pada saat pengujian Proktor dan
CBR harus mengetahui dulu berapa berat sampel uji tersebut, sehingga tidak
terjadi masalah pada saat perhitungannya.
3.
Untuk memperoleh hasil yang
sempurna, ketelitian dan kesabaran yang harus diutamakan dalam pekerjaan.
10.2
Saran
No comments:
Post a Comment